Kami pun memapahnya hingga sampai ke sebuah bekas benteng bercelah dan digenang air yang dapat menghalangi pandangan orang-orang Yahudi terhadap kami.
Kami pun masuk ke dalamnya. Sementara itu, orang-orang Yahudi menyalakan api unggun dan berlarian ke sana kemari untuk mencari kami.
Akhirnya, setelah merasa kehilangan harapan untuk menemukan kami, mereka kembali ke tempat Ibnu Abil Huqaiq.
Mereka berkerumun di sekelilingnya saat la sedang sekarat.
Lalu kami berkata, “Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa musuh Allah itu benar-benar telah mati?”
Maka salah seorang dari kami berkata, “Aku akan pergi mencari kabar tersebut untuk kalian!”
la pun berangkat hingga dapat menyusup di antara orang-orang Yahudi, la bercerita: Disana, aku mendapati istri Ibnu Abil Huqaiq dan orang-orang Yahudi berada di sekitar Ibnu Abil-Muqaiq.
Sementara itu, di tangan istrinya ada sebuah lentera, la pun menatap wajah suaminya seraya bercerita kepada mereka, “Sungguh, demi Allah! Tadi aku mendengar suara Ibnu ‘Atik.
Tapi kemudian aku menyangkal kepada diriku sendiri. Aku berpikir: Bagaimana mungkin Ibnu ‘Atik bisa berada di tempat ini?!”
Kemudian ia mendekat dan melihat benar-benar wajah ibnu Abil-Huqaiq, la pun berseru, “Demi sesembahan bangsa Yahudil la telah meninggal!” Sungguh, tidak ada kata-kata yang terdengar lebih lezat bagiku melebihi kata-kata ini.
Kemudian kawan kami datang dan melaporkan hasilnya kepada kami. Lalu kami memapah amir kami (Abdullah bin (Atik) dan kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
Kami pun memberitahu beliau tentang kematian musuh Allah tersebut.
Namun kami berselisih tentang siapa yang telah berhasil membunuhnya.



