4 - HijrahUpdate

Nabi SAW. Hijrah dari Mekah Bersama Abu Bakar, Sembunyi di Gua Tsur

1128
×

Nabi SAW. Hijrah dari Mekah Bersama Abu Bakar, Sembunyi di Gua Tsur

Sebarkan artikel ini

DIBAWAH  kegelapan malam, Nabi SAW. dan Abu Bakar RA. berangkat menuju gua di Bukit Tsur, yaitu gua yang disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla di dalam Al-Qur’an.

Baca : Bab 3Cerita Hudzaifah RA. Mengenai Penderitaan Pada Perang Ahzab

Sedangkan Ali bin Abi Thalib RA. tidur di tempat tidur Nabi SAW. untuk mengelabui mata musuh. Orang-orang musyrik Quraisy melewati malam tersebut dengan berjalan ke sana kemari dan berunding untuk menyergap orang yang tidur di kasur dan mengikatnya.

Itulah yang terus mereka bicarakan hingga waktu Shubuh tiba. Ketika Ali RA. bangun dari tempat tidur Nabi SAW. mereka bertanya kepadanya tentang Nabi SAW.

Ali RA. memberi jawaban bahwa ia tidak mengetahuinya. Ketika itu mereka baru menyadari bahwa beliau sudah meninggalkan kota Mekah.

Baca Juga : Bab 5Hadits Umar RA. Mengenai Kaum Anshar

Kemudian orang-orang musyrik mencari Nabi SAW. dengan hewan tunggangan mereka ke berbagai penjuru. Mereka juga mengirimkan pesan kepada penduduk yang tinggal di berbagai oase agar mencari dan menangkapnya, serta menjanjikan imbalan besar bagi mereka.

Mereka pun tiba di atas gua Tsur yang di dalamnya ada Rasulullah SAW. dan Abu Bakar RA., bahkan mereka melihat ke atas gua.

Nabi SAW. juga mendengar suara mereka. Ketika itu, Abu Bakar merasa takut dan dihinggapi kegelisahan.

Maka Nabi SAW. bersabda kepadanya, “Jangan bersedih! Sesungguhnya Allah beserta kita.”

Beliau pun berdoa. Maka turunlah ketenangan dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla kepada beliau: “Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 40).

Sementara itu, Abu Bakar memiliki sekawanan kambing yang pada sore hari biasa pulang ke rumahnya di Mekah. Lalu Abu Bakar menugaskan ‘Amir bin Fuhairah, bekas budak Abu Bakar yang dapat memegang amanah dan dapat dipercaya, serta baik keislamannya, agar mengambil pekerjaannya (sebagai penunjuk jalan).

Maka ‘Amir memilih seorang laki-laki dari Bani ‘Abd bin ‘Adi yang bernama Ibnul-Uraiqith. ‘Abd bin ‘Adi termasuk sekutu kabilah Quraisy, karena bersekutu dengan Bani Sahm dari Marga Bani ‘Ash bin Wa’il.

Pada saat itu, orang ‘Adawi itu masih menjadi seorang musyrik. Ia ahli dalam menunjukkan jalan. Selama beberapa malam, ia menyembunyikan hewan-hewan tunggangan yang akan mereka naiki.

Sementara itu, Abdullah bin Abu Bakar datang kepada mereka ketika malam tiba, dengan membawa berita dari Mekah.

Sedangkan ‘Amir bin Fuhairah membawa kambing yang ia gembalakan ke tempat mereka pada setiap malam. Lalu mereka berdua memerah susu dan menyembelih kambing tersebut.

Kemudian pada pagi harinya, ‘Amir melepas kambing-kambing tersebut di tempat gembalaan bersama para penggembala lainnya, tanpa diketahui apa yang ia lakukan pada malam harinya.

Akhirnya, setelah kabar tentang kepergian mereka tidak lagi diperbincangkan dan ‘Amir bin Fuhairah serta Ibnul-Uraiqith merasa tidak dibicarakan orang, keduanya datang menemui tuan mereka (Abu Bakar RA.) dengan membawa dua ekor unta untuk Rasulullah SAW. dan Abu Bakar RA., setelah keduanya tinggal di dalam gua selama dua hari dua malam.

Kemudian Rasulullah SAW. dan Abu Bakar RA. berangkat dengan disertai ‘Amir bin Fuhairah yang bertugas memacu unta mereka sambil mendendangkan syair serta melayani dan membantu mereka.

Abu Bakar memboncengkannya secara bergantian di atas hewan tunggangannya. Tidak ada seorang pun yang menyertai keberangkatan Rasulullah SAW. dan Abu Bakar RA. selain ‘Amir bin Fuhairah dan seorang laki-laki dari Bani ‘Adi yang menunjukkan jalan kepada mereka.

[Haitsami (6/52) berkata bahwa dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah, ia dipermasalahkan. Sedangkan haditsnya hasan].

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).

Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).

Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.