1 - DakwahUpdate

Dakwah Nabi SAW kepada Hushain, dan Perubahan Sikap Imran Kepada Ayahnya Setelah Masuk Islam

197
×

Dakwah Nabi SAW kepada Hushain, dan Perubahan Sikap Imran Kepada Ayahnya Setelah Masuk Islam

Sebarkan artikel ini

IBNU Khuzaimah meriwayatkan beserta sanadnya dari ‘Imran bin Khalid bin Thulaiq bin Muhammad bin ‘Imran bin Hushain, ia berkata: Aku diberitahu oleh ayahku, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa orang-orang Quraisy datang kepada
Hushain-salah seorang yang sangat mereka muliakan, lalu mereka berkata kepadanya, “Cobalah engkau berbicara mewakili kami kepada orang itu (Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam), karena ia telah menjelek-jelekkan dan mencela tuhan-tuhan kita.”

Baca : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW kepada Dhimad Sang Ahli Ruqyah Jin Hingga Masuk Islam, Ini Kisahnya

Kemudian mereka berangkat bersama Hushain, hingga akhirnya mereka duduk di dekat pintu rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka beliau bersabda, “Beri jalan untuk tamu terhormat kita,” Sementara itu, di sana hadir pula ‘Imran (bin Hushain) dan banyak sahabat lainnya.

Lalu Hushain berkata, “Bagaimana sebenarnya berita tentang engkau, yang sampai kepada kami adalah bahwa engkau mencaci tuhan-tuhan kami dan menjelek-jelekkan mereka, padahal ayahmu adalah orang yang sangat menjaga agamanya dan juga orang yang baik?”

Baca juga : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW kepada Mu’awiyah bin Haidah dan Adi bin Hatim serta Sebutan tentang Kota Hirah

Beliau bersabda, “Hai Hushain! Sesungguhnya, ayahku dan ayahmu akan masuk Neraka.

Hai Hushain! Berapa tuhan yang kamu sembah?”

Hushain menjawab, “Tujuh tuhan di bumi dan satu tuhan di langit.”

Beliau bertanya, “Kemudian apabila kamu dalam bahaya, kepada siapa kamu berdoa?”

la berkata, “Kepada Tuhan Yang ada di langit.”

Beliau bertanya lagi, “Kemudian apabila hartamu habis, kepada siapa kamu berdoa?”

la berkata, “Kepada Tuhan Yang ada di langit.”

Beliau bertanya lagi, “Lalu Dia saja yang mengabulkan doamu, sedangkan kamu menyekutukan-Nya dengan tujuh sesembahanmu yang di bumi.

Apakah dengan demikian kamu telah
bersyukur kepada Tuhan Yang di langit? Atau kamu melakukannya karena kamu takut akan mendapatkan bahaya dari tujuh sesembahanmu yang di bumi?”

Hushain berkata, “Tidak satu pun dari keduanya.” Hushain berkata dalam hati, “Aku tahu pasti bahwasanya tidak pernah ada orang yang berbicara seperti itu kepadaku.”

Beliau bersabda, “Hai Hushain! Masuklah kamu ke dalam Islam, niscaya kamu selamat.”

la berkata, “Akan tetapi, aku memiliki pengikut dan sanak kerabat. Lantas apa yang akan aku katakan kepada mereka?”

Beliau bersabda, “Ucapkanlah doa ini: “Yo Alloh, aku memohon kepada-Mu petunjuk untuk menetapi urusanku yang paling lurus, dan tambahkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku.”

Hushain mengucapkan doa tersebut, lalu ia masuk Islam sebelum berdiri meninggalkan majelis.

Maka ‘Imran berdiri menyambut Hushain, lalu mencium kepala, kedua tangan, dan kedua kaki Hushain.

Ketika melihat kejadian itu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menangis seraya berkata, “Aku menangis karena apa yang dilakukan oleh ‘Imran.

Ketika Hushain masuk ke sini dalam keadaan kafir, Imran tidak berdiri menyambutnya dan tidak menoleh ke arahnya.

Kemudian setelah Hushain masuk Islam, ‘Imran menunaikan kewajibannya kepada Hushain. Aku pun terharu karenanya.”

Kemudian ketika Hushain ingin keluar dari majelis, beliau bersabda kepada sahabat-sahabatnya, “Berangkatlah kalian untuk mengantarkan Hushain pulang ke rumahnya.”

Ketika keluar dari balik daun pintu, orang-orang Quraisy melihatnya lalu berkata, “la telah berpindah agama.”

Mereka pun bubar dan meninggalkannya. [Demikian dalam kitab Al-Ishâbah (1/337)).


Dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Seorang Laki-laki yang Tidak Disebutkan Namanya

AHMAD meriwayatkan beserta sanadnya dari Abu Tamim Al-Hujaimi, dari seseorang di antara kaumnya, bahwa ia pernah datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau perawi berkata: Aku telah menyaksikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketika itu, seseorang datang kepada beliau, lalu berkata, “Engkau Rasulullah?” Atau ia berkata, “Engkau Muhammad?”

“Benar,” sahut beliau.

Orang itu bertanya, “Apa yang engkau sembah?”

Beliau bersabda, “Aku menyembah Allah ‘azza wajalla semata-mata. Dialah Yang apabila kamu berada dalam bahaya lalu kamu berdoa kepada-Nya, maka Dia menyingkapnya darimu.

Dialah Yang apabila kamu mengalami paceklik lalu kamu berdoa kepada-Nya, maka Dia menumbuhkan tanaman untukmu.

Dialah Yang apabila kamu berada di suatu tempat yang tidak berpenghuni dan tidak bertanaman kemudian kamu kehilangan hewan tungganganmu, lalu kamu berdoa kepada-Nya, maka Dia akan mengembalikannya kepadamu.”

Lalu orang itu pun masuk Islam. Kemudian la berkata, “Nasihatilah aku wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda, “Janganlah kamu
mencela sesuatu.” -Atau beliau bersabda, “Seseorang.”

Hakam (perawi) merasa ragu- orang itu berkata: Maka aku tidak lagi mencela unta ataupun kambing sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepadaku.

[Haitsami (8/72) berkata: Dalam sanadnya terdapat Hakam bin Fudhail, dinyatakan tsiqât oleh Abu Dawud dan yang lain, dan dinyatakan dha’if oleh Abu Zur’ah dan yang lain.

Sedangkan para perawi yang lain adalah perawi Kirab Shahih.

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).

Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).

Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.