2 - Bai'atUpdate

Baiat Tujuh Puluh Orang Kaum Anshar Kepada Nabi SAW., di Puncak ‘Aqabah untuk Menolong Agama Allah

258
×

Baiat Tujuh Puluh Orang Kaum Anshar Kepada Nabi SAW., di Puncak ‘Aqabah untuk Menolong Agama Allah

Sebarkan artikel ini

AHMAD meriwayatkan beserta sanadnya dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, la berkata: Selama sepuluh tahun di Makah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi orang-orang di tempat-tempat persinggahan mereka, ‘Ukazh dan Majannah, pada musim haji.

Baca : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW. kepada Walid bin Mughirah, Asbabun Nuzul Surat Al Muddatstsir tentang Neraka Saqar

Beliau berkata, “Siapa yang mau memberi tempat untukku? Siapa yang mau menolongku?

Sehingga aku dapat menyampaikan risalah dari Tuhanku. Siapa saja yang melakukannya, maka baginya Surga.”

Namun beliau tidak menemukan seorang pun yang mau memberikan tempat ataupun pertolongan kepadanya.

Bahkan jika ada orang datang dari Yaman atau Mudhar, orang-orang dari kabilahnya dan sanak kerabatnya datang kepadanya lalu berkata, “Waspadalah terhadap seorang laki-laki dari kabilah Quraisy!

Baca Juga : Bab 3 – Gangguan Abu Jahal terhadap NABI SAW. Akibatkan Kemarahan Hamzah dan Pembalasannya

Jangan sampai kamu teperdaya olehnya!”

Beliau terus berjalan di antara persinggahan mereka, sedangkan mereka menunjuk-nunjukkan jari mereka kepada beliau.

Demikianlah hingga akhirnya Allah
mendatangkan kami dari Yatsrib kepada beliau.

Maka kami bersedia memberikan tempat kepadanya dan kami pun membenarkannya.

Maka seseorang dari kami datang (ke Makah) lalu beriman kepadanya, dan beliau membacakan Al-Qur’an kepadanya.

Kemudian ia kembali kepada keluarganya, maka mereka pun masuk Islam dengan sebab keislamannya, sehingga di setiap kabilah di kalangan orang-orang Anshar, pasti di dalamnya terdapat antara tiga sampai sepuluh orang yang sudah masuk Islam, yang menampakkan keislamannya.

Kemudian ketika mereka semuanya bermusyawarah, kami berkata, “Sampai kapan kita akan membiarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan keliling, diusir dan diteror di antara pegunungan Makah?”

Maka berangkatlah untuk bertemu beliau tujuh puluh orang laki-laki di antara kami, hingga sampai kepada beliau pada musim haji.

Lalu kami berjanji untuk bertemu dengan beliau di puncak ‘aqabah.

Maka satu per satu atau dua orang demi dua orang di antara kami berkumpul di hadapan beliau, hingga akhirnya kami semua berkumpul.

Kami berkata, “Wahai Rasulullah! Atas hal apa kami akan berbaiat kepada engkau?”

Beliau bersabda, “Hendaklah kalian berbaiat kepadaku untuk mau mendengar dan taat dalam keadaan bersemangat ataupun malas, mengorbankan harta dalam keadaan sulit maupun mudah, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemunkaran, mengucapkan kebenaran demi keridhaan Allah tanpa takut akan celaan orang, serta untuk membelaku, sehingga apabila aku telah datang kepada kalian, kalian akan melindungiku dari hal-hal yang darinya kalian melindungi diri kalian sendiri, istri, dan anak-anak kalian.

Dengan demikian, kalian akan mendapatkan surga.”

Lalu kami pun berdiri untuk menghampiri beliau.

Namun tangan beliau dipegang oleh As’ad bin Zurarah, sedangkan ia adalah yang paling kecil di antara mereka, dan dalam riwayat Baihaqi: Sedangkan ia adalah yang paling kecil di antara tujuh puluh orang tersebut, selain aku (Jabir). As’ad berkata, “Tunggu sebentar wahai penduduk Yatsrib!

Kita menempuh perjalanan panjang untuk menemui beliau dengan mengendarai unta, tidak lain adalah karena kita meyakini bahwa beliau adalah Rasulullah.

Jika hari ini kita membawanya pindah (ke negeri kita), maka hal itu akan menyebabkan permusuhan terhadap seluruh Bangsa Arab, terbunuhnya orang-orang terbaik diantara kalian, dan datangnya pedang-pedang untuk menyerang kalian.

Jika kalian sanggup menghadapi hal itu, maka lakukanlah, sedangkan pahala kalian atas tanggungan Allah.

Namun jika kalian merasa takut akan
nasib kalian sendiri, maka biarkanlah beliau.

Lalu jelaskanlah hal itu, karena dengan cara demikian, akan ada alasan bagi kalian di hadapan Allah.”

Mereka berkata, “Menyingkirlah dari kami hai As’ad!

Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan baiat ini, dan tidak pula membatalkannya selamanya.”

Jabir berkata: Lalu kami berdiri menghampiri beliau dan melakukan baiat.

Beliau pun mengambil baiat kami, dan memberikan syarat kepada kami, serta menjanjikan Surga kepada kami.

Telah diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Baihaqi dengan jalur sanad selain ini.

Sanad hadis ini jayyid menurut syarat sanad Muslim, namun para muhaddits tidak meriwayatkan beserta sanadnya dalam kitab hadis mereka.

[Demikian dalam kitab Al-Bidayah Wan-Nihayah (3/159))

(Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul-Bari (7/158) bahwa sanadnya hasan, namun dinyatakan sahih oleh Al Hakim dan Ibnu Hibban).

Ibnu Ishaq meriwayatkan beserta sanadnya dari Ka’b bin Malik ra, ia berkata: Ketika kami berkumpul di puncak ‘Aqabah menunggu Rasulullah saw., beliau datang dengan disertal Abbas bin Abdul-
Mutthalib.

Sedangkan pada hari itu Abbas masih memeluk agama kaumnya, hanya saja la ingin menyertai keponakannya dan memastikan bahwa urusannya beres.

Setelah beliau duduk, yang pertama kali berbicara adalah Abbas bin Abdul-Mutthalib, la berkata, “Wahai orang-orang Khazraj!

Sesungguhnya Muhammad adalah bagian dari kami, sebagaimana kalian sudah mengetahuinya.

Kami juga melindunginya dari orang-orang kami yang masih memiliki keyakinan yang sama seperti aku.

Maka ia berada dalam kemuliaan kaumnya dan perlindungan di dalam
negerinya sendiri.

Namun ia telah memutuskan untuk berpindah ke tempat kalian dan bergabung dengan kalian.

Jika kalian merasa yakin dapat memenuhi apa yang kalian sampaikan kepadanya dan melindunginya dari orang yang menyelisihinya, silakan kalian menanggung akibatnya.

Namun jika kalian merasa bahwa kalian pasti akan menyerahkannya kepada musuh dan menelantarkannya setelah ia pergi ke tempat kalian, maka biarkan ia sekarang juga, karena la berada di dalam kemuliaan dan perlindungan dari kaumnya dan negerinya.”

Ka’b berkata: Lalu kami berkata kepada ‘Abbas, “Kami sudah mendengar apa yang engkau katakan.”

Dan mereka berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sekarang berbicaralah engkau, wahai Rasulullah! Ambillah janji kami seperti yang engkau inginkan, untuk dirimu sendiri dan juga untuk Tuhanmu.”

Maka berbicaralah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu membacakan Al-Qur’an, menyampaikan dakwah kepada Allah, dan memberikan semangat untuk berpegang kepada Islam.

Beliau bersabda, “Aku akan membalat kalian agar melindungiku dari apa yang darinya kalian melindungi istri dan anak-anak kalian.”

Lalu Bara bin Ma’rur memegang tangan beliau seraya berkata, “Ya. Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran

Sungguh, kami akan melindungimu dari perkara yang darinya kami melindungi keluarga kami.

Maka terimalah baiat kami wahai Rasulullah!

Demi Allah! Kami orang-orang yang ahli dalam peperangan. Kami telah mewarisi keahlian itu secara turun-temurun.”

Ketika Bara sedang berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abul-Haitsam bin Tayyihan memotong pembicaraannya, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami memiliki ikatan dengan orang-orang tertentu – yakni orang-orang Yahudi. Dan sesungguhnya kami akan memutus hubungan itu.

Maka jika kelak kami telah melakukannya, kemudian Allah memberikan kemenangan kepadamu, mungkinkah engkau akan kembali kepada kaummu dan meninggalkan kami?”

Maka tersenyumlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian bersabda, “Tidak, akan tetapi darahku adalah darah kalian.

Kuburku bersama kubur kalian. Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku.

Aku akan memerangi orang yang kalian perangi dan berdamal dengan orang yang kalian berdamai dengannya.”

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).
Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).
Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.