2 - Bai'atUpdate

Baiat ‘Auf bin Malik dan Tsauban atas Rukun Islam serta Baiat Abu Dzar tentang 5 Perkara

886
×

Baiat ‘Auf bin Malik dan Tsauban atas Rukun Islam serta Baiat Abu Dzar tentang 5 Perkara

Sebarkan artikel ini

RUYANI, Ibnu Jarir, dan Ibnu ‘Asakir meriwayatkan beserta sanadnya, dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i RA., ia berkata: Ketika kami bersama Rasulullah SAW., sebanyak sembilan, delapan, atau tujuh orang, beliau bersabda, “Maukah kalian berbaiat kepada Rasulullah SAW.?”

Baca : Bab 1Kesabaran Nabi SAW. Dakwah Islam kepada Hakam bin Kaisan

Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Maka kami mengulurkan tangan kami dan berbaiat kepada Rasulullah SAW. Lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah berbaiat kepadamu. Atas perkara apa kami berbaiat kepadamu?”

Beliau bersabda, “Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, mengerjakan shalat lima waktu,” dan beliau membisikkan kata-kata secara lirih, “Juga agar kalian tidak meminta sesuatu kepada orang lain.”

‘Auf berkata: Sungguh, aku telah melihat salah seorang dari mereka jatuh cambuknya, namun ia tidak berkata kepada seseorang agar mengambilkannya.

[Demikian dalam kitab Kanzul-‘Ummâl (1/83)].

Baca Juga : Bab 3Gangguan Orang Quraisy Terhadap Nabi SAW. dan Tanggapannya

Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i, sebagaimana dalam kitab At-Targhib wat-Targhib (2/98).

THABRANI meriwayatkan beserta sanadnya dalam Al-Mu’jamul-Kabir dari Abu Umamah RA., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda, “Siapa yang mau berbaiat (kepadaku)?”

Maka berkatalah Tsauban RA., bekas budak Rasulullah SAW., “Terimalah baiat kami wahai Rasulullah!”

Beliau bersabda, “Untuk tidak meminta sesuatu kepada orang lain.”

Tsauban berkata, “Apa balasannya, wahai Rasulullah?”

“Surga,” sabda beliau.

Lalu Tsauban berbaiat kepada beliau.

Abu Umamah berkata: Sungguh, di Mekah aku telah melihat seseorang yang cambuknya jatuh di keramaian orang ketika sedang naik hewan tunggangan, mungkin jatuh di atas pundak seseorang. Lalu orang itu mengambil dan memberikannya, namun Tsauban tidak mau mengambilnya. Ia turun sendiri untuk mengambilnya.

[Demikian dalam kitab At-Targhib wat-Tarhib (2/100)].

Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Ahmad, Nasa’i, dan yang lainnya dari Tsauban secara ringkas. Keduanya menceritakan bahwa kisah cambuk tersebut terjadi pada diri Abu Bakar RA., -sebagaimana dalam kitab At-Targhib wat-Targhib (2/99-101).

AHMAD meriwayatkan beserta sanadnya dari Abu Dzar RA., ia berkata: Rasulullah SAW. membaiatku atas lima perkara, mengambil janjiku atas tujuh perkara, dan mempersaksikan Allah terhadapku atas tujuh perkara: (di antaranya) bahwa aku tidak boleh takut celaan orang dalam menjalankan perintah Allah.

Abul-Mutsanna berkata: Abu Dzarr berkata: Lalu Rasulullah SAW. memanggilku, dan beliau bersabda, “Maukah kamu berbaiat dan kamu akan mendapatkan surga?”

“Ya,” sahutku. Aku pun mengulurkan tanganku.

Lalu Rasulullah SAW. bersabda dengan memberikan syarat kepadaku agar aku tidak meminta sesuatu pun kepada orang lain.

Aku berkata, “Ya.”

Beliau bersabda, “Juga mengenai cambukmu. Jika cambukmu jatuh, hendaklah kamu turun (dari hewan tunggangan), lalu kamu sendiri yang mengambilnya.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Nabi SAW. bersabda, “Kemudian hai Abu Dzar! Pahamilah apa yang akan dikatakan kepadamu setelah berlalu enam hari.”

Maka pada hari ketujuh, beliau bersabda, “Aku berpesan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Apabila kamu berbuat buruk, maka berbuat baiklah kamu. Jangan sekali-kali meminta sesuatu kepada orang lain, meskipun cambukmu jatuh. Dan jangan sekali-kali kamu menerima amanat.”

[Demikian dalam kitab At-Targhib wat-Tarhib (2/99)].

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).

Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).

Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.