IBNU Jarir Ath-Thabari (4/44) meriwayatkan beserta sanadnya dari jalur sanad Saif dari Muhammad, Thalhah, dan Ziyad radhiyallahu ‘anhum dengan sanad mereka masing-masing, mereka berkata: Pada perang Qadisiyyah, Sa’d pernah menyampaikan khutbah.
Ia pun membaca tahmid dan tsana kepada Allah, lalu berkata, “Sesungguhnya Allah-lah Yang Mahabenar. Tidak ada sekutu bagi-Nya didalam kerajaan-Nya. Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Allah jalla tsana ufi telah berfirman: “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam Lauh Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shalih.” (QS. Al-Anbiya: 105).
Wilayah ini merupakan warisan untuk kalian dan sesuatu yang telah dijanjikan oleh Rabb kalian.
Dia telah mengizinkan kalian untuk memanfaatkannya sejak tiga tahun yang lalu. Kalian dapat memberi makan orang lain darinya, juga makan sendiri darinya.
Kalian membunuh penduduknya, mengambil harta mereka, dan menawan mereka sampai hari ini, berkat perjuangan yang telah dibuat oleh orang-orang yang mengikuti peperangan-peperangan sebelumnya melawan mereka.
Kini, pasukan mereka telah datang kepada kalian, sedang kalian adalah para pemuka dan pemimpin bangsa Arab, juga merupakan orang-orang pilihan dari setiap kabilah.
Kalian adalah kebanggaan bagi orang-orang yang ada di belakang kalian. Sekiranya kalian meninggalkan kecintaan kepada dunia ini dan bersemangat untuk mendapatkan kenikmatan di akhirat, niscaya Allah akan menghimpun untuk kalian kenikmatan di dunia dan akhirat.
Sedangkan perang tidak akan mendekatkan seseorang kepada ajalnya. Jika kalian merasa gentar dan lemah, maka kekuatan kalian akan hilang dan berarti kalian menghancurkan kehidupan kalian sendiri di akhirat.”
Sedangkan ‘Ashim bin ‘Amr pada Perang Qadisiyah tersebut bangkit dan berkata, “Sesungguhnya penduduk negeri ini telah dihalalkan oleh Allah untuk kalian.
Sejak tiga tahun yang lalu, kalian memperoleh dari mereka apa yang tidak mereka peroleh dari kalian.



