Kemudian orang-orang membawanya kembali kepada Umar dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh lelaki itu.
Maka Umar menyuruh seseorang agar lelaki itu diberi bekal dan hewan tunggangan.
Umar pun memasangkan pelana untuk lelaki itu dengan tangannya sendiri.
Ketika lelaki itu menaiki hewan tunggangannya, ia mengangkat tangannya, lalu memuji Allah atas perlakuan baik-Nya dan pemberian-Nya kepadanya.
Sementara itu, Umar berjalan di belakangnya sambil berharap agar lelaki itu mau mendoakannya.
Maka seusai lelaki itu memuji Allah, ia berdoa, “Ya Allah! Berikan pula balasan yang terbaik untuk Umar.” [Demikian dalam kitab Kanzul-‘Ummâl (2/288)].
5. Perkataan Umar Radhiyallahu ‘Anhu tentang Keutamaan Orang yang Berjaga di Jalan Allah
Ibnu ‘Asakir meriwayatkan beserta sanadnya dari Artha’ah bin Mundzir bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada orang-orang yang duduk dalam majelisnya, “Siapakah orang yang paling besar pahalanya?”
Orang-orang pun menjawab dengan menyebutkan amalan shalat dan puasa.
Mereka juga berkata, “Si Fulan dan si Fulan, setelah Amirul-Mukminin.”
Lalu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Maukah kalian aku beri tahu mengenai orang yang lebih besar pahalanya daripada orang-orang yang kalian sebutkan itu, juga lebih besar pahalanya daripada Amirul Mukminin?”
“Tentu,” sahut mereka.
Umar berkata, “Seorang lelaki kecil (jelata) di Syam, yang memegang tali kekang kudanya untuk menjaga markas Islam (Madinah).
Ia tidak peduli apakah ia akan diterkam binatang buas, disengat binatang berbisa, atau dikalahkan oleh musuh.
Inilah orang yang lebih besar pahalanya daripada orang orang yang telah kalian sebutkan tadi, juga lebih besar pahalanya daripada Amirul Mukminin.” (Demikian dalam kitab Kanzul-‘Ummal (2/289)].



