Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Abu Ya’la, sebagaimana dalam Majma’uz-Zawa id (9/312) secara ringkas.
[la berkata bahwa para perawinya adalah perawi kitab Shahih].
Kisah Abu Ayyub Al-Ansari Radhiyallahu ‘Anhu Minta Dikubur di Wilayah Musuh
AL-HAKIM (3/458) meriwayatkan beserta sanadnya dari Muhammad bin Sirin, ia berkata: Abu Ayyub radhiyallâhu ‘anhu menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perang Badar.
Sejak hari itu, ia tidak pernah ketinggalan menyertai peperangan demi peperangan bersama kaum muslimin, kecuali pada satu tahun saja, karena yang diangkat sebagai panglima ketika itu adalah seorang pemuda, sehingga pada tahun tersebut Abu Ayyub tidak ikut berangkat.
Kemudian setelah itu, Abu Ayyub merasa bersedih dan menyesal. la berkata, “Tidak ada urusannya denganku siapa pun yang diangkat sebagai panglima perang.”
(Ketika menyertai pasukan), Abu Ayyub jatuh sakit, dan panglima pasukan waktu itu adalah Yazid bin Mua’wiyah.
Yazid pun datang menjenguknya dan bertanya, “Apakah engkau menginginkan sesuatu?”
Abu Ayyub menjawab, “Yang aku inginkan adalah bahwa jika aku mati, usung jenazahku di atas kendaraan, lalu bawalah masuk ke wilayah musuh, jika engkau mendapatkan jalan masuk ke sana.
Namun jika engkau tidak menemukan jalan masuk, langsung kuburkanlah jenazahku, lalu pulanglah.”
Ketika Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu meninggal, Yazid mengusung jenazahnya di atas kendaraan, kemudian ia hendak membawanya masuk ke wilayah musuh, namun tidak mendapatkan jalan masuk ke sana.
la pun langsung menguburnya, lalu kembali.
Muhammad bin Sirin berkata: Abu Ayyub pernah berkata, “Allah ‘azza wajalla telah berfirman: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat.” (QS. At-Taubah: 41).
Maka aku merasa bahwa aku dalam keadaan entah ringan atau berat.”
Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Ibnu Sa’d (3/49), dari Muhammad dengan lafal yang sebagian besarnya sama, sebagaimana dalam kitab Al-Ishâbah (1/405).
[Ibnu Hajar berkata: Diriwayatkan pula oleh Abu Ishaq Al-Fazari dari Muhammad, dan ia menyebutkan nama pemuda (yang diangkat sebagai panglima) itu adalah Abdul-Malik bin Marwan].



