IBNU Ishaq meriwayatkan beserta sanadnya, dari Abdullah bin Ka’b bin Malik radhiyallohu anhu, la berkata: Diantara banyak karunia yang telah Allah berikan kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam adalah bahwa dua kabilah Anshar yakni Aus dan Khazraj selalu berlomba melakukan sesuatu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana persaingan hewan jantan.
Setiap kali Aus melakukan sesuatu untuk membantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam orang-orang Khazraj berkata, “Demi Allah! Dengan melakukan ini, kalian tidak boleh melampaul kami dalam mendapatkan keutamaan di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Kemudian tidak henti-hentinya orang-orang Khazraj berusaha sampal bisa melakukan hal yang sepadan.
Sebaliknya, setiap kali Khazraj melakukan sesuatu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang-orang Aus mengatakan hal yang sama.
Demikianlah ketika kabilah Aus berhasil memb*n*h Ka’b bin Asyraf karena memusuhi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang-orang Khazraj berkata, “Demi Allah! Dengan melakukan hal itu, kallan sama sekali tidak boleh mendapatkan keutamaan melampaui kami,”
Kemudian mereka membahas orang yang memusuhi Rasulullah sebagaimana Ka’b bin Asyraf, akhirnya mereka mengambil keputusan bahwa orang tersebut adalah Ibnu Abil-Huqaiq yang tinggal di Khaibar.
Lalu mereka meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memb*n*hnya.
Belau pun memberikan izin kepada mereka, maka berangkatlah lima orang Khazraj dari Marga Bani Salimah: (1) Abdullah bin Atik, (2) Masud bin Sinan, (3) Abdullah bin Unals, (4) Abu Qatadah Harits bin Ribil, dan (5) Khuzasi bin Aswad radhiyallohu anhum.
Khuzasi merupakan sekutu mereka dari Marga Bani Aslam. Mereka pun berangkat.
Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menunjuk Abdullah bin ‘Atik sebagai amir mereka.
Beliau juga melarang mereka membunuh anak-anak maupun para wanita.
Ketika sampai di Khaibar dan berhasil memasuki rumah Ibnu Abil-Huqaiq pada malam hari, mereka mengunci setiap kamar yang ada di dalam rumah tersebut dari luar Ibnu Abi-Huqaiq berada di dalam sebuah kamar di lantai atas yang dipasang tangga dari dahan rumah.



