Kemudian ia.mençeritakan kisahnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tanggapan yang baik kepadanya, dan mendoakan kebaikan pula untuknya.
Urwah bin Zubair dan Musa bin ‘Uqbah juga menceritakan kisah Abu Khaitsamah radhiyallahu ‘anhu dengan lafal yang sebagian besarnya sama seperti pada riwayat rangkaian kalimat pada riwayat Ibnu Ishaq secara lebih terperinci.
Mereka menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat ke Tabuk pada musim gugur (antara musim panas dan musim dingin).
(Demikian dalam kitab Al-Bidayah (5/7)).
Thabarani meriwayatkan beserta sanadnya sebagaimana dalam kitab Majma’uz-Zawa’id (6/192), dari Sa’d bin Khaitsamah” radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku tertinggal menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (dalam perang Tabuk).
Aku pun memasuki sebuah kebun. Di dalamnya aku mendapati sebuah gubuk untuk berteduh dan telah diperciki air.
Ketika melihat istriku, aku berkata kepadanya, “Ini tidak adil. Kini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berada dalam terpaan angin panas dan terik matahari, sedangkan aku berada di tempat yang teduh dan menyenangkan.”
Lalu aku segera bangkit menuju untaku, kemudian memasang ransel sebagai tempat perbekalan padanya dan mengambil kurma sebagai bekal.
Maka istriku menyeru, “Hendak ke mana engkau hai Abu Khaitsamah?”