Aku (rawi dari Malik) bertanya kepada Malik, ‘Apa maksud: Ana judzailuhal-muhakkak, wa’udzaiiquhal-mujarrab (ucapan sahabat Ansar tersebut)?’
Malik menjawab, ‘Seakan-akan ia mengatakan: Akulah yang punya pendapat terbaik dan cerdik dalam masalah ini.
Umar melanjutkan: Suasana pun menjadi gaduh dan riuh sehingga kami khawatir akan terjadi perpecahan.
Aku berkata, “Abu Bakar, ulurkanlah tanganmu!”
Abu Bakar mengulurkan tangannya dan aku membaiatnya. Orang-orang Muhajirin pun membaiatnya, kemudian orang-orang Ansar juga membaiatnya.
(Secara tidak sengaja), kami menubruk Sa’ad bin ‘Ubadah.
Seseorang berkata, ‘Kalian telah membunuh Sa’ad.’ Aku pun mengatakan, “Allah telah membunuh Sa’ad!”
Umar melanjutkan, “Demi Allah, diantara semua peristiwa yang kami ikuti, tidak ada yang kejadiannya lebih mudah daripada pembaiatan Abu Bakar.
Seandainya kami meninggalkan mereka tanpa ada baiat lebih dahulu, kami khawatir bahwa mereka akan membaiat khalifah tanpa kehadiran kami.
Seandainya hal itu terjadi, hanya ada dua pilihan bagi kami, apakah kami membaiatnya dengan terpaksa, atau kami akan membuat oposisi sehingga akan timbul mudarat.
