6 - JihadUpdate

Ali bin Abi Thalib Kobarkan Semangat Pasukannya untuk Memerangi Kaum Khawarij

241
×

Ali bin Abi Thalib Kobarkan Semangat Pasukannya untuk Memerangi Kaum Khawarij

Sebarkan artikel ini

THABARI (4/57) meriwayatkan beserta sanadnya pula dari dari Abul-Waddak Al-Hamdani bahwa ketika Ali radhiyallahu ‘anhu singgah di Nukhailah” dan merasa kehilangan harapan terhadap kaum Khawarij, ia berdiri di hadapan orang-orang, lalu memuji Allah dengan hamd dan tsana kepada-Nya, kemudian ia berkata:

Baca : Bab 6 – Inilah Bentuk Motivasi Utsman bin Affan Dorong Para Sahabat untuk Berjihad Perjuangkan Agama

“Amma ba’du: Sesungguhnya, barangsiapa meninggalkan jihad fi sabilillah dan mencari muka di hadapan manusia dengan mengabaikan perintah Allah, maka ia berada di tepi kehancuran, kecuali jika Allah menyelamatkannya dengan karunia-Nya.

Maka bertakwalah kalian kepada Allah! Dan perangilah orang-orang yang menentang Allah dan mengadakan makar untuk memadamkan cahaya Allah.

Mereka yang sengaja melakukan kekeliruan, tersesat, menyimpang dari kebenaran, dan berbuat kejahatan.

Baca juga : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW kepada Dhimad Sang Ahli Ruqyah Jin Hingga Masuk Islam, Ini Kisahnya

Mereka yang sebenarnya tidak membaca Al-Qur’an, tidak memahami agama, dan tidak mengetahui tentang tafsir ayat-ayat Al-Qur’an.

Mereka bukan pula orang-orang yang berhak memegang khilafah dengan sebab keutamaan lebih dahulu masuk Islam.”

“Demi Allah! Jika orang-orang seperti itu dijadikan pemimpin kalian, pasti mereka akan memperlakukan kalian seperti perlakuan Kisra dan Heraklius.

Bersiap-siaplah kalian untuk bergerak ke tempat musuh dari kalangan penduduk kawasan barat.

Kami telah mengirim pesan kepada saudara-saudara kalian yang ada di
Bashrah agar mereka datang kepada kalian.

Jika mereka sudah datang dan kalian sudah berkumpul, baru kita akan berangkat, insya Allah.

Dan tidak ada daya (untuk lari dari maksiat) dan tidak ada kekuatan (untuk melaksanakan ketaatan) kecuali dengan pertolongan Allah.”

Khutbah Ali Radhiyallahu ‘Anhu Ketika Kaum Muslimin Merasa Berat untuk Berangkat Berjihad

THABARI (4/67) meriwayatkan beserta sanadnya pula dari jalur sanad Abu Mikhnaf dari Zaid bin Wahb bahwa suatu kali Ali radhiyallahu ‘anhu berbicara di hadapan orang banyak, yang merupakan khutbah yang pertama kali ia sampaikan sehabis perang Nahrawan.

“Wahai kalian semual Persiapkanlah diri kalian untuk berangkat menuju ke tempat musuh.

Berjihad melawan mereka merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang kebingungan untuk mendapatkan
kebenaran, jauh dari kitab suci, melenceng dari agama, terombang-ambing dalam kesesatan mereka, dan selalu bimbang dalam kesesatan yang membingungkan.

Maka siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, juga kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang.

Bertawakallah kalian kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung, dan cukuplah Allah sebagai penolong.”

Namun kaum muslimin belum juga berangkat atau bersiap siap untuk berangkat.

Maka Ali radhiyallahu ‘anhu membiarkan mereka selama beberapa hari.

Kemudian setelah ia kehilangan harapan akan keberangkatan mereka, ia pun memanggil para pemimpin dan pemuka mereka.

Lalu Ali bertanya tentang pendapat mereka dan apa sebabnya sehingga mereka menunda-nunda keberangkatan untuk berjihad.

Diantara mereka ada yang mengajukan alasan dan ada yang berangkat dengan terpaksa.

Hanya sedikit di antara mereka yang mau berangkat dengan penuh semangat.

Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu berdiri di hadapan kaum muslimin dan menyampaikan khutbah kepada mereka:

“Wahai segenap hamba Allah!Mengapa kalian jika aku perintahkan untuk berangkat berjihad, maka kalian merasa berat dan ingin tinggal dirumah?

Apakah kalian merasa puas dengan kehidupan di dunia ini sebagai ganti kehidupan di akhirat?

Merasa puas dengan kehinaan dan kerendahan, sebagai ganti kemuliaan?

Apakah setiap kali kalian aku ajak untuk berangkat berjihad, mata kalian berputar ketakutan seolah-olah kalian sedang mengalami sakaratul-maut?

Seolah-olah hati kalian sedang kacau, sehingga kalian tidak mampu berpikir?

Dan seolah-olah mata kalian buta sejak lahir, sehingga kalian tidak bisa melihat?

Demi Allah! Kalian tidak lain bagaikan singa-singa hutan Syara dalam suasana yang menyenangkan, namun menjadi rubah-rubah yang licik, ketika kalian diseru untuk berperang.

Aku telah kehilangan kepercayaan kepada kalian untuk selamanya.

Kalian bukanlah tentara berkuda yang bisa dikerahkan untuk menyerang, bukan pula kesatria yang bisa dijadikan tempat berlindung.

Demi Allah! Seburuk-buruk pelaku peperangan adalah kalian. Musuh mengatur siasat untuk menghadapi
kalian, sedangkan kalian tidak mengatur siasat untuk menghadapi mereka.

Wilayah kalian diserobot sedikit demi sedikit, namun kalian tidak bertindak melindunginya.

Musuh tidak tidur demi menghadapi kalian, sedangkan kalian sendiri lengah dalam kelalaian.

Sesungguhnya pejuang sejati adalah yang selalu waspada dan cerdik.

Orang yang selalu mengajak berdamai akan senantiasa berada dalam kehinaan.

Sedangkan mereka yang saling bersengketa akan mengalami kekalahan, padahal orang yang kalah akan ditindas dan dijarah.”

Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Amma ba’dul Sesungguhnya aku mempunyai hak terhadap kalian, dan kalian juga mempunyai hak terhadapku.

Hak kalian terhadapku adalah bahwa aku harus memiliki iktikad yang baik terhadap kalian selama aku bersama kalian, membagi-bagikan harta rampasan kepada kalian secara utuh, mengajari kalian agar terlepas dari kebodohan, dan mendidik kalian agar kalian paham.

Sedangkan hakku terhadap kalian adalah bahwa kalian harus memegang erat baiat kalian, setia kepadaku ketika aku ada ataupun tidak, menyambut panggilanku ketika aku menyeru kalian, dan taat ketika aku memerintah kalian.

Jika memang Allah menghendaki kebaikan bagi kalian, hendaklah kalian cegah diri kalian dari hal-hal yang tidak aku sukai, dan kembalilah kalian kepada hal-hal yang aku sukai, niscaya kalian akan mendapatkan apa yang kalian cari, dan menggapai apa yang kalian harapkan.”

Seruan Hausyab Al-Himyari kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu dalam Perang Shiffin dan Jawaban Ali Terhadapnya

IBNU ‘Abdil-Barr meriwayatkan beserta sanadnya dalam kitab Al-Isti’ab (1/391) dari Abdul-Wahid Ad-Dimasyqi, ia berkata: Pada perang Shiffin, Hausyab Al-Himyari
berseru kepada Ali radhiyallahu ‘anhu, “Tinggalkan kami, hai Ibnu Abi Thalib! Kami memohon kepadamu dengan nama Allah mengenai urusan darah kami dan darahmu.

Kami akan membiarkan negeri Irak untukmu, dan hendaklah kamu biarkan negeri Syam untuk kami.

Dengan demikian, kamu dapat mencegah pertumpahan darah di kalangan kaum muslimin.”

Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Terlalu jauh harapanmu, hai Ibnu Ummi Zhulaim! Demi Allah! Seandainya sikap mudahanah” dibolehkan dalam agama, tentu aku akan melakukannya, dan hal itu tentu akan mengurangi bebanku.

Akan tetapi Allah tidak rida apabila ahli Al-Qur’an hanya berdiam diri dan mengambil sikap mudahanah, tatkala ada orang yang bermaksiat kepada Allah, padahal mereka mampu menghentikannya dan berjihad melawannya, sampai agama Allah menjadi yang tertinggi.”

Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul-Auliya (1/85) dengan lafal yang sama.

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).

Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).

Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.