Apakah setiap kali kalian aku ajak untuk berangkat berjihad, mata kalian berputar ketakutan seolah-olah kalian sedang mengalami sakaratul-maut?
Seolah-olah hati kalian sedang kacau, sehingga kalian tidak mampu berpikir?
Dan seolah-olah mata kalian buta sejak lahir, sehingga kalian tidak bisa melihat?
Demi Allah! Kalian tidak lain bagaikan singa-singa hutan Syara dalam suasana yang menyenangkan, namun menjadi rubah-rubah yang licik, ketika kalian diseru untuk berperang.
Aku telah kehilangan kepercayaan kepada kalian untuk selamanya.
Kalian bukanlah tentara berkuda yang bisa dikerahkan untuk menyerang, bukan pula kesatria yang bisa dijadikan tempat berlindung.
Demi Allah! Seburuk-buruk pelaku peperangan adalah kalian. Musuh mengatur siasat untuk menghadapi
kalian, sedangkan kalian tidak mengatur siasat untuk menghadapi mereka.
Wilayah kalian diserobot sedikit demi sedikit, namun kalian tidak bertindak melindunginya.
Musuh tidak tidur demi menghadapi kalian, sedangkan kalian sendiri lengah dalam kelalaian.
Sesungguhnya pejuang sejati adalah yang selalu waspada dan cerdik.
Orang yang selalu mengajak berdamai akan senantiasa berada dalam kehinaan.
Sedangkan mereka yang saling bersengketa akan mengalami kekalahan, padahal orang yang kalah akan ditindas dan dijarah.”
Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Amma ba’dul Sesungguhnya aku mempunyai hak terhadap kalian, dan kalian juga mempunyai hak terhadapku.
Hak kalian terhadapku adalah bahwa aku harus memiliki iktikad yang baik terhadap kalian selama aku bersama kalian, membagi-bagikan harta rampasan kepada kalian secara utuh, mengajari kalian agar terlepas dari kebodohan, dan mendidik kalian agar kalian paham.



