ABU Ya’la meriwayatkan beserta sanadnya dari Harb bin Suraij, ia berkata: Aku diberitahu oleh seorang laki-laki dari Ba’lawiyyah, ia berkata: Aku diberitahu oleh kakekku, ia berkata: Suatu ketika aku pergi ke Madinah, lalu aku berhenti di suatu lembah.
Baca : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW. Kepada Dzul-Jausyan Adh-Dhababi, Masuk Islam Tunggu Mekkah Ditaklukkan
Di sana aku melihat dua orang (sedang berjual-beli), di antara mereka ada seekor kambing betina.
Si pembeli berkata kepada si penjual, “Berilah harga yang baik untukku.”
Kakekku berkata: Aku pun berkata dalam hati, “Diakah orang dari Bani Hasyimi yang telah menyesatkan orang-orang?”
Lalu aku memerhatikan ke arah lain. Aku lihat seorang laki-laki yang bangun tubuhnya bagus, dahinya lebar, hidungnya runcing, kedua alisnya tidak lebar.
Baca Juga : Bab 1 – Dakwah Nabi SAW. Kepada Abu Quhafah, Abu Bakar Sebut Kepantasannya Mendatangkan Bapaknya
Aku lihat dari pangkal leher di atas dadanya sampai ke pusarnya terdapat bulu hitam bagaikan benang yang hitam.
Aku lihat dia memakai sepasang pakaian yang sudah usang.
Kemudian ia mendekat ke arah kami, lalu berkata, “As-salâmu ‘alaikum!”
Lalu kami menjawab salamnya.
Tidak lama kemudian, si pembeli memanggil dan berkata, “Wahai Rasulullah! Tolong katakan kepadanya agar memberiku harga yang baik.”
Lalu beliau mengangkat tangannya (sebagai isyarat ketidaksanggupannya) seraya bersabda, “Kalian berhak atas harta kalian sendiri.
Aku berharap kelak aku berjumpa dengan Allah ‘aza wajalla pada Hari Kiamat tanpa ada seorang pun dari kalian yang menuntut karena sesuatu kezaliman yang telah aku perbuat terhadap harta, darah, ataupun kehormatannya, kecuali dengan cara yang hak.
Semoga Allah merahmati orang yang
lunak ketika menjual, lunak ketika membeli, lunak ketika mengambil, lunak ketika memberi, lunak ketika melunasi utang, dan lunak ketika menagih utang.
Kemudian bellau pergi
Aku pun berkata dalam hati, “Demi Allah! Sungguh, aku akan memastikan siapakah orang ini, karena tutur katanya demikian bagus.”
Aku pun mengikutinya, lalu berkata, “Hai Muhammad!”
la pun menoleh kepadaku dengan seluruh badannya, lalu bertanya, “Apa yang kamu inginkan?”
Aku berkata, “Engkaulah yang menyesatkan orang-orang membinasakan mereka, dan menghalang mereka dari apa yang disembah oleh nenek moyang mereka?”
Beliau bersabda, “Itulah Allah.”
Aku berkata, “Apa yang engkau dakwahkan?”
Beliau bersabda, “Aku menyeru segenap hamba Allah kepada Allah.”
Aku bertanya, “Apa yang engkau katakan?”
Beliau bersabda, “Bersaksillah bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya aku Muhammad adalah utusan Allah.
Hendaknya kamu beriman kepada apa yang Dia turunkan kepadaku, dan hendaklah kamu mengingkari Lata dan Uzza, mendirikan salat, dan menunaikan zakat.”
Aku bertanya, “Apakah zakat itu?”
Ia berkata, “Harta yang diberikan oleh orang kaya di antara kita kepada yang fakir”
Aku berkata, “Alangkah bagusnya apa yang engkau dakwahkan.”
Kakekku berkata: Sungguh, sebelumnya tidak ada di antara manusia yang bernapas di atas muka bumi yang lebih aku benci daripada dia.
Namun kini, ia lebih aku cintai daripada anakku, ayahku, dan semua orang lainnya.
Lalu aku berkata, “Kini aku sudah mengerti.”
Beliau bertanya, “Kamu sudah mengerti?”
“Ya,” sahutku.
Beliau bersabda, “Kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya aku adalah Muhammad, utusan Allah dan beriman terhadap apa yang diturunkan kepadaku?”
Aku berkata, “Benar wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku biasa melewati sebuah oase yang didiami oleh banyak orang.
Aku bermaksud mengajak mereka atas apa yang engkau dakwahkan kepadaku, karena aku berharap bahwa mereka akan mengikutimu.”
Beliau bersabda, “Ya! Ajaklah mereka.”
Akhirnya orang-orang yang tinggal di oase itu masuk Islam, baik kaum lelaki maupun para wanitanya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap kepala kakekku.
[Haitsami (9/18) berkata: Dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak disebutkan namanya, sedangkan para perawinya yang lain dinyatakan tsiqót.]
Ahmad meriwayatkan beserta sanadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang menemui seorang laki-laki dari Bani Najjar untuk menjenguknya.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya. “Wahai pamanku (dari pihak ibu)! Ucapkanlah: La ilaha illallah.”
Orang itu berkata, “Apakah aku ini paman dari pihak ibu ataukah paman dari pihak ayah?”
Nabi shallallahu bibihi wasallam bersabda, “Bukan dari pihak ayah, tapi paman dari pihak ibu.”
Beliau bersabda, “Ucapkanlah: La ilaha illallah.”
Orang itu berkata. “Apakah itu lebih baik bagiku?”
“Ya,” Sabda beliau.
(Haitsami (5/305) berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi kitab Shabib.]
Imam Bukhari dan Abu Dawud meriwayatkan beserta sanadnya dari Anas radhiyallbhu anhu bahwa suatu ketika seorang anak remaja dari kalangan Yahudi yang menjadi pelayan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam sakit, Maka beliau datang
berkunjung untuk menjenguknya.
Beliau pun duduk di dekat kepalanya, lalu berkata kepadanya, “Masuklah kamu ke dalam Islam!”
Anak tersebut pun memandang ayahnya yang juga ada di dekatnya.
Sang ayah berkata, “Taatilah Abul-Qasim.”
Maka anak remaja itu masuk Islam.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar seraya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang menyelamatkannya dari Neraka.”
[Demikian dalam kitab Jam’ul-Fowdid (1/124)).
Ahmad dan Abu Ya’la meriwayatkan beserta sanadnya dari Anas bahwa
suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seorang laki-laki, “Masuklah kamu ke dalam Islam, niscaya kamu selamat,”
Orang itu berkata, “Aku mendapati diriku tidak menyukai hal itu.”
Beliau bersabda, “Meskipun kamu tidak suka.”
[Haitsami (5/305) berkata: Para perawi dalam kedua riwayat tersebut adalah perawi kitab Shahih.]
Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).
Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).
Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.