Mereka pun berpapasan dengan rombongan kaum Dhimad.
Lalu komandan pasukan berkata kepada pasukannya, “Apakah kalian menemukan suatu barang milik rombongan itu?”
Seseorang di antara mereka berkata, “Aku menemukan sebuah lota milik mereka.”
Maka sang komandan berkata, “Kembalikanlah lota itu kepada mereka, karena mereka adalah rombongan kaum Dhimad.”
Dalam riwayat lain disebutkan: Maka Dhimad berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ucapkan lagi kata-katamu itu untukku, karena kata-kata itu telah mencapai relung hatiku sedalam dasar samudera.”
[Demikian dalam kitab Al-Bidayah Wan-Nihayah (3/36)).
Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Nasa’i, Baghawi, dan Musaddad dalam kitab Musnad-nya, sebagaimana dalam kitab Al-Ishâbah (2/210).
Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Abu Nu’aim dalam kitab Dalâ ilun-Nubuwwah (hal. 77) dari jalur sanad Waqidi, ia berkata: Aku diberitahu oleh Muhammad bin Salith, dari ayahnya, dari Abdurrahman Al-‘Adawi, ia berkata: Dhimad berkata: Suatu ketika aku datang ke Makah untuk mengerjakan Umrah.
Kemudian aku duduk di suatu majelis yang dihadiri oleh Abu Jahal, ‘Utbah bin Rabi’ah, dan Umayyah bin Khalaf.
Lalu Abu Jahal berkata, “Orang itulah (Muhammad) yang telah mencerai-beraikan kesatuan kita, menganggap bodoh akal kita, menganggap sesat orang-orang kita yang sudah meninggal, dan mencela tuhan-tuhan kita.”
Lalu Umayyah berkata, “Tidak diragukan lagi, orang itu pasti gila.”
Dhimad berkata: Ucapan Umayyah itu meninggalkan kesan dalam diriku sehingga aku berkata dalam hati, “Aku ini orang yang biasa mengobati orang yang terkena gangguan jin.”
Maka aku pergi meninggalkan majelis itu dan mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Namun aku tidak berhasil menemuinya pada hari itu.
Lalu pada keesokan harinya, aku datang lagi dan menemukannya duduk di belakang Maqam Ibrahim sedang mengerjakan shalat.



