Jadi, apabila menjadi takut dan enggan menghadapi musuh, maka yang paling layak menjadi pemimpin di antara kalian adalah yang paling dahulu maju dan menyambut seruan.
Demi Allah! Aku tidak akan menunjuk sebagai komandan untuk mereka kecuali yang paling dahulu menyambut seruan jihad.”
Kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu memanggil Abu ‘Ubaid, Salith, dan Sa’d radhiyallahu ‘anhum. Lalu ia berkata (kepada Salith dan Sa’d), “Seandainya tadi kalian berdua mendahului Abu ‘Ubaid, tentu aku akan menunjuk kalian sebagai panglima, dan kalian tentu pantas menjabatnya karena keutamaan kalian sebagai orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam.”
Kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu mengangkat Abu ‘Ubaid sebagai panglima pasukan. Ia pun berkata kepada Abu Ubaid, “Dengarkan kata-kata para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ajak mereka bermusyawarah.
Jangan terburu-buru mengambil keputusan sebelum perkaranya menjadi jelas bagimu. Demikian ini karena yang kamu hadapi adalah urusan perang.
Tidak akan berhasil dalam perang kecuali orang yang tenang dan paham kapan harus melakukan serangan dan kapan tidak boleh melakukan serangan.”
Diriwayatkan pula beserta sanadnya oleh Thabari (4/61) dari jalur sanad Sya’bi.
Dalam haditsnya disebutkan: Lalu seseorang berkata kepada Umar radhiyallohu ‘anhu, “Tunjuklah salah seorang sahabat sebagai panglima mereka.”
la berkata, “Keutamaan para sahabat hanyalah karena kesigapan mereka untuk menghadapi musuh, dan kesediaan mereka melakukan tugas ketika yang lain menolak mengambil bagian.
Kemudian tatkala orang lain mengambil sikap seperti mereka, sedangkan para sahabat merasa enggan, maka mereka yang siap berangkat berjihad, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, menjadi lebih layak menjadi panglima daripada para sahabat.



