la terjebak dalam kesulitan (oleh orang-orang musyrik), dan akhirnya menyerah (meninggalkan Islam).
Sesampainya di Madinah, kami singgah di pemukiman kabilah Bani ‘Amr bin ‘Auf di Quba.
Sementara itu, Abu Jahal bin Hisyam dan Harits bin Hisyam pergi ke Madinah untuk menyusul ‘Ayyasy, yang merupakan saudara sepupu sekaligus saudara seibu mereka (untuk membawanya kembali ke Makah).
Pada saat itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih berada di Makah.
Keduanya berbicara dengan ‘Ayyasy dan berkata, “Ibumu telah bersumpah untuk tidak menyisir rambutnya dan tidak berteduh dari panas matahari sampai ia melihatmu.”
Maka ‘Ayyasy merasa kasihan terhadap ibunya. Aku pun berkata kepadanya, “Demi Allah! Yang mereka inginkan hanyalah untuk mengeluarkanmu dari Islam.
Maka waspadalah kami terhadap mereka! Demi Allah! Jika ibumu diganggu kutu, pasti ia akan menyisir rambutnya.
Dan jika ia merasa kepanasan karena suhu kota Makah, pasti ia akan berteduh.”
Ayyasy berkata, “Aku akan memenuhi sumpah ibuku. Aku juga masih memiliki harta di Makah. Aku akan mengambilnya.”
Aku berkata, “Demi Allah! Kamu tahu bahwa aku termasuk salah satu orang terkaya di antara kabilah Quraisy.