6 - JihadUpdate

Perhatian Nabi SAW. Terhadap Pemberangkatan Pasukan Usamah, Menjelang Wafat Beliau

948
×

Perhatian Nabi SAW. Terhadap Pemberangkatan Pasukan Usamah, Menjelang Wafat Beliau

Sebarkan artikel ini

IBNU ‘Asakir (1/120) meriwayatkan beserta sanadnya dari jalur sanad Zuhri, dari ‘Urwah, dari Usamah bin Zaid RA. bahwa Rasulullah SAW. memerintahkan kepadanya agar melancarkan serangan mendadak terhadap penduduk Ubna’ (nama sebuah tempat di kawasan Balqa’ Syam. Sekarang masuk dalama negara Jordan) pada pagi hari dan membakar kota tersebut.

Baca : Bab 6Pengorbanan Harta Para Sahabat Dalam Perang Tabuk

Kemudian Rasulullah SAW. bersabda kepada Usamah, “Berangkatlah dengan nama Allah.”

Maka berangkatlah Usamah dengan memegang bendera pasukan yang telah terpasang, lalu menyerahkannya kepada Buraidah bin Husha Al Aslami, la pun membawanya ke rumah Usamah.

Rasulullah SAW. memerintahkan Usamah agar membuat kamp pasukan di kawasan Jurt (sebelah utara Madinah, -Al-Ma’alimul-Atsirah) tepatnya di tempat yang sekarang disebut Siqayat Sulaiman.

Kemudian para tentara mulai berangkat menuju kamp. Mereka yang telah selesai menyiapkan keperluannya langsung berangkat menuju kamp, sedangkan yang belum selesai dapat menyelesaikannya lebih dahulu.

Baca Juga : Bab 1Peristiwa Hudaibiyah, Keteguhan Nabi SAW. Dalam Perjuangan Agama

Semua orang dari kalangan sahabat Muhajirin terdahulu ikut ambil bagian dalam perang tersebut, termasuk Umar, Abu ‘Ubaidah, Sa’d bin Abi Waqqash, Abul-Awar, Sa’id bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail, bersama sahabat Muhajirin lainnya.

Sedangkan orang-orang Anshar sangat banyak jumlahnya termasuk Qatadah bin Nu’man dan Salamah bin Aslam bin Haritsy RHum.

Beberapa orang Muhajirin dan yang paling keras ucapannya di antara mereka adalah ‘Ayyasy bin Abu Rabiah- mengatakan, “Anak muda ini diangkat sebagai panglima perang bagi orang-orang Muhajirin terdahulu?!”

Lalu pembicaraan tentang hal ini pun kian merebak. Ketika Umar bin Khattab RA. mendengar sebagian dari pembicaraan tersebut, ia pun membantahnya, kemudian menghadap Rasulullah SAW. dan melaporkanya.

Maka Rasulullah SAW. menjadi sangat marah. Ketika itu beliau telah mengikatkan kain di kepalanya (karena sakit) dan mengenakan kain berbulu. Beliau naik ke atas mimbar, memuji Allah dengan hamd dan tsand bagi-Nya, kemudian bersabda, “Hadirin sekalian! Apa maksud ucapan seseorang yang telah aku dengar mengenai pengangkatan Usamah sebagai komandan?

Demi Allah! Jika kalian merasa keberatan ketika aku menunjuk Usamah sebagai komandan, berarti kalian juga merasa keberatan ketika aku menunjuk ayahnya (Zaid bin Haritsah) sebagai komandan sebelumnya.

Demi Allah! Zaid pantas menjadi komandan, dan sepeninggalnya, anaknya juga pantas untuk menjadi komandan. Zaid adalah orang yang paling aku cintai, dan anak muda ini (Usamah) juga termasuk orang yang paling aku cintai. Mereka berdua pantas untuk setiap kebaikan. Aku berpesan kepada kalian agar bersikap baik terhadap Usamah, karena ia termasuk orang-orang yang terbaik dari kalangan kalian.

Kemudian beliau turun dari mimbar dan masuk lagi ke kamarnya. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu, 10 Rabi’ul-Awwal (tahun 10 Hijriyah.). Kaum muslimin yang akan berangkat bersama Usamah RA. berdatangan untuk mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Rasulullah SAW.

Diantara mereka ada Umar bin Khattab RA. Ketika itu, Rasulullah SAW. berpesan, “Berangkatkanlah pasukan Usamah.”

Ummu Aiman RHa. (ibu kandung Usamah bin Zaid RA) datang menemui Rasulullah SAW., lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Alangkah baiknya jika engkau biarkan Usamah singgah di kampnya (di Jurf) sampai kesehatanmu membaik, karena jika Usamah tetap berangkat dalam keadaan seperti ini, ia tidak akan mampu mengurusi l dirinya sendiri sekalipun (karena memikirkan keadaanmu).

Namun Rasulullah SAW. bersabda, “Berangkatkanlah pasukan Usamah.”

Akhirnya kaum muslimin berangkat menuju kamp dan bermalam sepanjang malam Ahad di sana. Kemudian pada Ahad paginya, Usamah datang kembali ke Madinah (untuk menjenguk Rasulullah SAW).

Ketika itu, Rasulullah SAW. sudah sakit keras dan tidak sadarkan diri. Pada hari itulah Rasulullah SAW. diberi obat melalui sisi mulut beliau.

Usamah pun masuk untuk menjenguk Rasulullah SAW., sedangkan kedua matanya berlinang air mata. Di sisi beliau, ‘Abbas dan istri-istri beliau berada di sekelilingnya.

Usamah menundukkan kepalanya untuk mencium Rasulullah SAW. Sementara Rasulullah SAW. tidak mampu berbicara. Beliau mengangkat kedua tangannya ke arah langit, lalu menempelkannya pada tubuh Usamah.

Usamah mengatakan, “Aku tahu bahwa beliau mendoakan aku.” Usamah berkata: Kemudian aku kembali ke kamp.

Pada Senin pagi, kesehatan Rasulullah SAW. membaik. Sementara Usamah meninggalkan kamp untuk menjenguk beliau.

Maka beliau bersabda kepadanya, “Berangkatlah pagi ini dengan mengharap berkah dari Allah.”

Lalu Usamah mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Rasulullah SAW. yang telah membaik kesehatannya. Istri-istri beliau pun menyisir rambut mereka karena gembira dengan pulihnya kesehatan beliau.

Abu Bakar RA. juga datang menjenguk Rasulullah SAW. dan berkata, “Wahai Rasulullah! Segala puji bagi Allah. Kesehatanmu membaik pagi ini. Hari ini adalah giliranku di rumah istriku binti Kharijah. Izinkan aku untuk pergi ke sana.”

Maka Rasulullah SAW. mengizinkannya, lalu Abu Bakar pergi ke Sunuh (di kawasan atas kota Madinah).

Sementara itu, Usamah RA. menaiki hewan tunggangannya menuju kamp pasukannya. Ia pun menyerukan kepada pasukannya agar bergabung dengan pasukan. Sesampainya di kamp, ia turun dan memerintahkan pasukan untuk segera berangkat. Pada saat itu, matahari sudah tinggi.

Sumber : Kehidupan Para Sahabat (Jilid 1).

Kitab Asli : Hayatush Shahabah (Jilid 1).

Karya : Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi Rah. a.