Setelah orang-orang tidak mempedulikan diriku berlangsung cukup lama, aku pergi dan masuk ke kebun milik Abu Qatadah dengan cara memanjat tembok pagarnya.
Abu Qatadah adalah keponakanku dan orang yang paling aku sayangi.
Aku pun mengucapkan salam kepadanya. Namun, demi Allah! la tidak membalas salamku.
Aku berkata kepadanya, “Hai Abu Qatadah! Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah! Sejauh yang kamu ketahui, apakah aku ini mencintai Allah dan Rasul-Nya?”
Abu Qatadah tetap diam. Lalu Aku mengulangi pertanyaanku kepadanya dengan nama Allah.
Namun ia tetap diam. Aku mengulangi pertanyaanku lagi kepadanya dengan nama Allah.
Akhirnya ia menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Maka air mataku berlinang. Lalu aku berpaling pergi dan keluar dari tempat itu dengan memanjat tembok pagarnya.
Suatu hari, ketika aku sedang berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba seorang petani dari Syam yang membawa bahan makanan untuk ia jual di Madinah berkata, “Siapa yang dapat menunjukkan kepadaku di mana Ka’b bin Malik?”
Orang-orang pun menunjukkan jari mereka kepadaku untuk memberitahu petani itu.



