Ketika petani itu sampai di depanku, ia menyerahkan kepadaku sepucuk surat dari raja Ghassan” (yang terbungkus sehelai kain sutera].
Surat itu berisi: “Amma ba’du! Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa pemimpinmu telah berpaling darimu. Sedangkan Allah tidak akan membiarkanmu dalam keadaan terhina dan disia-siakan.
Oleh karena itu, bergabunglah bersama kami. Kami akan berbagi denganmu.”
Setelah membaca surat itu aku berkata, “Sungguh! Ini juga merupakan suatu ujian yang berat.”
Lalu aku membawa surat tersebut ke tempat pemanggangan roti, dan aku masukkan surat itu ke dalamnya.
Demikianlah keadaan kami bertiga. Kemudian setelah masa empat puluh malam berlalu dari sanksi lima puluh malam yang kami terima, seseorang yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadaku dan berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kepadamu agar menjauhkan diri dari istrimu.”
Aku bertanya kepadanya, “Haruskah aku menceraikannya? Atau apa yang harus aku lakukan?”
la berkata, “Tidak perlu. Namun menjauhlah kamu darinya, dan jangan mendekatinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengirim pesan kepada dua orang yang senasib denganku, dengan perintah yang sama.
Aku pun berkata kepada istriku, “Kembalilah kamu kepada keluargamu. Tinggallah kamu di sana sampai Allah memberikan keputusan-Nya mengenai masalah ini.”



